4.9.07

Terorisme dan Internet: Sebuah ancaman nyata

terrorPertarungan digital melawan terorisme menjadi semakin canggih. Dalam kaitan dengan terus meningkatnya ancaman, pemerintah dari seluruh penjuru dunia sedang meningkatkan usaha mereka untuk mendeteksi teroris baik online maupun di kehidupan nyata.

Suatu contoh datang dari AS, salah satu negara yang paling banyak mendapat ancaman teroris, dimana tugas pengantisipasian tingkat tinggi telah diperkenalkan untuk memonitor, mendeteksi dan mengurung teroris di dalam wilayahnya sendiri.

Menurut Hartford Courant, tugas ini dikenalkan kemarin dengan 34 halaman kepada Komite Senat, dimana mereka memusatkan atas fakta bahwa “tidak hanya susah untuk menghentikan ekstrimis dari penggunaan Internet untuk komunikasi dan perencanaan pergerakan berikutnya, tetapi pemerintah sangat ketinggalan di dalam usaha untuk menahan aktivitas seperti itu”.

Studi telah disiapkan oleh yang 29 anggota yang bekerja di bawah pengarahan Institut Kebijakan Keamanan Universitas George Washington.

Laporan itu menyoroti bagaimana Internet bisa mejadi senjata di tangan aktifis yang bertujuan buruk. Serangan dapat direncanakan dengan mudah akibat teknologi: teroris dari negara yang jauh dapat berkomunikasi real time dengan afiliasi dan simpatisan di dalam AS dan memepersiapkan komunitas virtual yang memperlebar perekrutan potensial di seluruh dunia, dan tanpa meninggalkan jejak.

Tentu saja, kelompok dengan aktivitas online kuat mengubah server mereka setiap hari, dalam rangka menghindari pendeteksian. Itu seperti “game whack-a-mole, kamu boleh menjatuhkan satu lokasi hanya demi menemukan yang lain di tempat lain pula."

Ada banyak jalan teroris menggunakan Internet:

Mendaftar e-mail dan kemudian menyimpannya sebagai draft daripada mengirimkannya (Bisa diakses, singkat waktu, oleh pemakai lain dari komputer lain, di tempat lain di dunia), atau meng-hack website dan menyembunyikan data pelatihan dalam rangka membuatnya kelihatan seperti "subdirektori sah yang tidak berbahaya."

Penggunaan lain bisa lebih “operasional” dan bisa dilaksanakan tidak hanya oleh teknisi, seperti mencari target, menggunakan fotografi satelit, atau pengumpulan dana.

Laporan tersebut juga menggaris bawahi alasan penyebaran aktivitas teroris di dalam negeri secara parsial dalam kaitan adanya fakta bahwa Institusi Amerika, Otoritas Dan Warganegara ”belum benar-benar menerapkan energi dan bakat kolektif kami dalam masalah itu.”

Sebuah solusi bisa jadi untuk mengembangkan sebuah "pemaksaan counter-narrative untuk pendistribusian di seluruh dunia", dan untuk mempromosikan dialog antar budaya untuk memudahkan proses radikalisasi.


No comments: